Welcome My Blog

Sebuah Catatan, Just For Share

Sabtu, 25 Januari 2014

Cabe-cabean VS Terong-terongan

Belakangan ini lagi marak-marak nya istilah cabe-cabean dan terong-terongan di sekitar kita, ada yang tau istilah itu mengambarkan apa? Itu bukan pelengkap makanan lalapan seharga 15rb yg ada diwarng juga bukan 1 set mainan masak-masakan adik-adik kecil kita. ~(>_<)
Cabe-cabean dan terong-terongan mengambarkan sebuah fenomena perilaku remaja di Indonesia.
Cabe-cabean adalah istilah untuk anak cewek alay yg sok imut,ganjen dan pecicilan gitu deh. Sering nongkrong di arena balap liar dan hangout nya di fly over (entah mau pacaran atau bunuh diri Σ(Д|||)). Nahh kalo naik motor sering boncengan bertiga,berempat bahkan sampai lima ga pake helm lagi plus juga balutan pakaian yang ketat dan minim dan katanya sihh cewek dg berciri memakai ‘pagar’ gigi atau behel dilakukan bukan untuk kesehatan tapi utk sekadar gaya. Nah kalo kalian masuk katagori diatas, slamat…kalian uda pantas bergelar cabe-cabean. Sedangkan istilah terong-terongan sendiri.

Nahh istilah terong-terongan itu buat si cowoknya yg juga berperilaku seperti cewek cabe-cabean. Cuma untuk istilah terong-terongan ga terlalu jadi sorotan. Kalah pamor dengan istilah cabe-cabean. Jauh banget ternyata dengan definisi laki-laki & wanita shalihah ya? /(;-_-)

Oh ya ternyata fenomena ini juga ada di Jepang loh, disebut sebagai “Yankii atau Yankee”. (>o<)Yankii sering dikaitkan dengan Bosozoku atau geng dengan "kelas" lebih tinggi. Yankii sebenarnya ingin menampilkan gambaran Yakuza atau berandal atau kelompok preman yg melakukan kejahatan dan terorganisir. Namun, tingkat "kenakalan" mereka lebih rendah. Dari segi pakaian, kelompok Yankii biasanya memiliki seragam tiap-tiap kelompoknya. Untuk si cewek yg disebut Yankii biasanya menggunakan riasan yang berlebihan, baju mini, dan tatanan rambut yang acak-acakan. Sementara, untuk sicowok, mereka lebih cenderung menggunakan baju mirip pekerja kuli bangunan dg tampilan cuek yang menjadi ciri khas mereka. Kenakalan kelompok Yankii mulai dari ga sekolah, ikut balapan atau konvoi dg sepeda motor, dan melakukan kekerasan pada wanita. Hingga saat ini, keberadaan Yankii masih bisa ditemui di Jepang. Bahkan, kehidupan dan gaya pakaian mereka sering dijadikan tema dalam cerita komik,anime film, dan iklan.

Apapun itu istilahnya, kita menilai berdasarkan fakta di lapangan seperti apa. Jika bertentangan dengan norma masyarakat, apalagi norma agama, ya kudu dibenahi. Jg dibiarin atau malah dibuat makin semarak. Mereka-mereka ini harus disadarkan, lalu dibina akidahnya agar menjadi wanita shalihah dan lelaki shalih. Ini tanggung jawab kita semua lho. Bukan cuma tanggung orang tua mereka aja. Bagaimana dengan pemerintah, apa perlu dilibatkan? Kalo pemerintah sih emang sudah sewajibnya mengurus rakyat kok. Jadi, peran pemerintah kudu tampak nyata untuk mengatasi fenomena sosial yang buruk ini.

Disaat ini kan kita semua hidup dalam sistem kehidupan yang bukan Islam. Tentu aja masyarakatnya juga bukan masyarakat Islam karena pemikirannya sangat beragam dan jauh dari standar Islam. Mungkin yang menggunakan Islam sebagai rujukan tetap ada, tetapi jumlahnya ga dominan. kalo ditelusuri nih, penyebabnya setidaknya ada tiga bagian ini pun berdasarkan cara Islam memandang lho.

Pertama, faktor keluarga. Dalam keluarga kan terdiri dari ayah, ibu, dan juga anak-anak. Ini keluarga inti ya. Nah, kalo ayah dan ibunya ga pernah ngajarin anak2 maka besar kemungkinan anak akan terlantar dalam pemahaman akidahnya, dalam etika pergaulannya dan semua hal yang berkaitan dengan kepribadian mereka. Jelas, dalam hal ini orang tua yang kudu bertanggung jawab. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu.: Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanya lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihatnya buntung?” kemudian Abu Hurairah membacakan ayat-ayat suci ini: “(tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tapi sebagian besar manusia tidak mengetahui (QS ar-Ruum [30]: 30)

Dalam hadis shahih riwayat Bukhari ini jelas bahwa orang tua sangat bertanggung jawab terhadap kehidupan anak-anaknya. Oya, fitrah Allah itu maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah Ta’ala mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan (terutama yang pertama berpengaruh adalah orang tuanya). Maka, kalo nanti kita berkeluarga (ehem-ehem), kita kudu ngerti persoalan ini dan kudu meningkatkan keimanan dan tsaqafah Islam. Setelah itu carilah pasangan ketika menikah dengan kriteria yg sesuai tuntunan Islam.

Kedua, faktor masyarakat. Mengapa kini fenomena cewek cabe-cabean marak atau cowok terong-terongan jadi heboh? Sangat boleh jadi, ada yang salah dengan masyarakat kita. Memang sih nggak bisa menyalahkan seluruh individu dalam masyarakat. Tetapi, saat ini kita hidup bukan pada kondisi ideal sebuah masyarakat islami. Sangat boleh jadi ada individu dan kelompok atau komunitas yang peduli dengan kondisi masyarakat, lalu mereka mengajak masyarakat yang sakit itu untuk sadar dan memulai hidup dengan cara Islam. Tetapi masalahnya, di masyarakat itu bukan hanya orang yang baik, tetapi bejibun juga orang yang jahat. Bisa dibayangin dah, gimana jadinya kalo masyarakat yang jahat justru mendominasi. Jika ini yang terjadi, maka pantas bahwa masyarakat bisa disalahkan dan bertanggung jawab atas kerusakan ini.

Ketiga, faktor negara. Nah, ini sebenarnya ujung tombak perubahan ke arah kebaikan ada di tangan para pemimpin dan penyelenggara negara, Bro en Sis. Gimana pun juga, ketika individu (termasuk dalam hal ini keluarga) dan masyarakat kehilangan energi untuk melakukan perubahan, maka negara wajib menjadi pihak yang paling bertanggung-jawab atas semuanya, yakni dengan menerapkan aturan dan sanksi. Silakan dilihat aja sekarang, kalo fenomena cewek cabe-cabean dan cowok terong-terongan ini justru luput dari perhatian pemerintah—atau bahkan mereka membiarkan semua itu terjadi tanpa penyelesaian, maka bisa dipastikan bahwa negara telah abai dan gagal mengurus rakyatnya.

Jika melihat fenomena cewek cabe-cabean saat ini, sangat mungkin penyumbang kemunculan dan keberadaan mereka disebabkan lalainya orang tua dalam mendidik, Cuek alias nggak mau pedulinya masyarakat terhadap kasus tersebut, dan juga abainya negara dalam melayani rakyat karena tak membuat aturan dan sanksi bagi para pelaku cewek cabe-cabean dan ragam pelanggaran serta kemaksiatan lainnya. Namun, jika dirunut penyebab utama atau akar masalah, tentunya adalah penerapan aturan selain Islam oleh negara. Sehingga membuat kerusakan bukan hanya pada segelintir orang, tetapi juga menyebar rata ke hampir semua orang di negeri ini..

Islam solusinya (。’▽’。)♡

Kenapa harus Islam solusinya? Lha, kita kan kaum muslimin, tentu saja kita hanya menjadikan Islam sebagai jalan hidup yang akan memberi solusi untuk meraih kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat. Bukan yang lain

Nah, apa solusi Islam terhadap masalah ini? Langsung aja ya. Pertama, benahi ketakwaan individu. Tentu saja ini yang utama bebannya ada di keluarga. Para orang tua wajib menjaga anak-anaknya agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang bagus, serta tercermin dalam ucapan dan tindakan kesehariannya yang menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Kedua, kontrol masyarakat. Nah, meski saat ini masyarakat nggak islami, tetapi bagi individu dan kelompok atau komunitas dakwah wajib menyampaikan hal ini agar masyarakat pun peduli terhadap permasalahan cewek cabe-cabean dan berupaya menyelesaikannya dengan cara Islam. Ketiga, penerapan aturan dan sanksi oleh negara. Namun dengan kondisi negara yang nggak menerapkan syariat Islam, sulit rasanya bisa mewujudkan hal ini. Buktinya banyak kasus tak terselesaikan: hukum, peradilan, sosial, pendidikan, ekonomi dan masih banyak lagi. Ini kapitalisme, Bung! (; ̄д ̄)

Lalu bagaimana? Yang jelas bukan lalu-lalang, lalu-lintas, atau lalu diam, atau lalu dibiarin aja. Tetapi kita harus bergerak. Ya, setelah tahu fenomena cewek cabe-cabean dan cowok terong-terongan, lalu kita berupaya menyelesaikannya dengan cara menyadarkannya dan membina mereka dengan keimanan dan tsaqafah Islam. So, ayo yang udah ngerti Islam terus berdakwah ya. Ajak mereka ke jalan yang benar, yakni Islam. Semangat! ヾ(@^▽^@)ノ

Selengkapnya bisa diba di Buletin website GaulIslam.com  edisi 326/tahun ke-7 (19 Rabiul Awwal 1435 H/ 20 Januari 2014)

Yang menulis komentar dibawah ini disayang Allah & diperluas rejekinya hehehe p(*-*)q




Tidak ada komentar:

Posting Komentar