Welcome My Blog

Sebuah Catatan, Just For Share

Selasa, 18 November 2014

Keutamaan Sholat Rawatib

Persis seperti pelengkap sebuah menu makanan, begitulah posisi shalat sunnah. Ia menjadi penambal bagi kekurangan shalat fardhu dan menambah pahala bagi ibadah wajib

Sesungguhnya diantara hikmah dan rahmat Allah atas hambanya adalah disyariatkannya At-tathowwu’ (ibadah tambahan). Dan dijadikan pada ibadah wajib diiringi dengan adanya at-tathowwu’ dari jenis ibadah yang serupa. Hal itu dikarenakan untuk melengkapi kekurangan yang terdapat pada ibadah wajib.
Dan sesungguhnya at-tathowwu’ (ibadah sunnah) di dalam ibadah sholat yang paling utama adalah sunnah rawatib. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa mengerjakannya dan tidak pernah sekalipun meninggalkannya dalam keadaan mukim (tidak bepergian jauh).
Mengingat pentingnya ibadah ini, serta dikerjakannya secara berulang-ulang sebagaimana sholat fardhu, sehingga ana ingin menyampaikan sholat rawatib ini secara ringkas:

Ummu Habibah radiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan sholat sunnah rawatib, dia berkata: saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang sholat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga“. Ummu Habibah berkata: saya tidak pernah meninggalkan sholat sunnah rawatib semenjak mendengar hadits tersebut. ‘Anbasah berkata: Maka saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah. ‘Amru bin Aus berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Ansabah. An-Nu’am bin Salim berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Amru bin Aus. (HR. Muslim no. 728).

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadits tentang sholat sunnah rawatib sebelum (qobliyah) shubuh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Dua rakaat sebelum shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya“. Dalam riwayat yang lain, “Dua raka’at sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya” (HR. Muslim no. 725)

Adapun sholat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara sholat sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya baik ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar.

Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib dzuhur, dia berkata: saya mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (sholat) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan baginya api neraka“. (HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no. 428, An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah no. 1160)

Jumlah Sholat Sunnah Rawatib
Hadits Ummu Habibah di atas menjelaskan bahwa jumlah sholat rawatib ada 12 rakaat dan penjelasan hadits 12 rakaat ini diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan An-Nasa’i, dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada sholat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah ‘isya, dan dua rakaat sebelum subuh“. (HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794)

Semoga Bermanfaat dan bisa mengaplikasikannya

Titik Mastatho’tum

Semoga menginspirasi kita semua



Ada seorang syekh teladan & panutan. Dihormati lagi disegani,oleh para muridnya.
Pada suatu saat beliau ditanya muridnya,“Ya syekh, apa yang dimaksud dengan mastatho’tum”(sesuai kumampuanmu)? Sang Syekh-pun mmbawa muridnya ke sbuah lapangan. Meminta semuanya muridnya berlari sekuat tenaga, mengelilingi lapangan semampu mereka. Titik & waktu kebrangkatan sama, akan tetapi waktu akhir & jumlah putaran setiap murid akan brbeda.

1 putaran masih belum terasa. Putaran ke 2 berkurang tenaga. Kini mulai berguguran perlahan di putaran ke3. Hingga tersisa beberapa saja yang masih berusaha sekuat tenaga. Hingga akhirnya satu persatu merasa lelah, menyerah. Mereka semuapun menepi ke pinggir lapangan, kelelahan. Mereka sudah berusaha sekuat tenaga, semampu mereka.

Setelah semua muridnya menyerah, Sang Syekh-pun tak mau kalah. Beliau berlari mengelilingi lapangan hingga membuat smua muridnya keheranan. Semua murid kaget & tidak tega melihat gurunya yg sudah tua itu kepayahan.
1 putaran masih berseri".
2 putaran mulai pucat pasi.
3 putaran mulai kehilangan kendali.
Menuju putaran yg ke4 Sang Syekh makin tampak kelelahan, raut muka memerah, keringat bertetesan, nafas terengah" tak beraturan. Tapi dia tetap berusaha. Beliau terus berlari sekuat tenaga, dari cepat, melambat, melambat lagi, hingga beliaupun terhuyung tanpa penyangga. Energinya terkuras habis tak tersisa. Beliau jatuh pingsan, tak sadarkn diri.

Setelah beliau siuman & terbangun, muridnya bertanya, “Syekh, apa yg hendak engkau ajarkn kepada
kami?” “Muridku, Inilah yg dinamakn titik mastatho’tum (semampumu)! Titik di mana saat kita brusaha
semaksimal tenaga sampai Allah sendiri yang mnghentikn perjuangan kita”. Jawab Sang Syekh dgn mantap.

Semoga kita dijauhkn dari kemalasan, dari lemahnya azzam, dari kecilnya kontribusi Semoga kita bisa memprioritaskan alokasi tenaga secara khusus untuk perjuangan di jalan dakwah ini. Semoga kita sampai pada mujahid- syahid-mukhlis di hadapan Allah ﺁﻣِﻴﻦَ ﻳَﺎ ﺭَ ﺏَّ ﺍﻟﻌَـــﺎﻟَﻤِﻴْﻦ

# WeNeedKhilafah